• Post 1
  • Post 2
  • Post 3

Content

Berbagai cara memaksimalkan fungsi lampu kilat (flash)

Senin, 15 Juli 2013 0 komentar

rear sync
Kategori: KAMERA DIGITAL
Tanggal publikasi: 25-11-2011 22:59:44, Oleh: Erwin Mulyadi
Lampu kilat pada kamera berfungsi untuk menjadi sumber cahaya sesaat yang bisa membuat obyek yang difoto menjadi terang. Pada kamera modern lampu kilat sudah diberikan berbagai mode lanjutan yang berguna untuk memberikan hasil yang berbeda dan lebih baik. Bagaimana cara memaksimalkan penggunaan lampu kilat pada kamera sehingga dapat memberi hasil yang memuaskan?
Sebelum membahas ke arah sana, kita kenali dulu macam-macam lampu kilat yang ada, yaitu flash yang built-in (menjadi satu dengan kamera) dan flash terpisah (eksternal). Eksternal flash ditenagai dengan baterai tersendiri dan punya mode yang lebih lengkap. Keduanya punya temperatur warna yang sama yaitu di kisaran 5600 Kelvin, namun berbeda dalam intensitas (Guide Number/GN) alias kekuatan flash. Kekuatan flash akan semakin melemah bila jarak dari flash terhadap obyek semakin jauh.
Kekuatan cahaya dari flash diatur dengan dua cara yaitu auto dan manual. Kebanyakan flash adalah auto atau di DSLR disebut dengan TTL. Bila flash diatur secara manual maka ada pilihan untuk mengatur kekuatan flash dari yang terbesar hingga terkecil. Pada kamera yang bekerja otomatis, shutter speed kamera saat memakai flash umumnya adalah 1/60 detik. Apabila hasil foto dengan flash ternyata kurang memuaskan (under atau over), cek apakah di kamera anda ada fasilitas untuk mengkompensasi keluaran flash ke nilai positif dan negatif. Bila ada, maka kita bisa melakukan kompensasi supaya keluaran flash bisa lebih terang atau lebih dikurangi terangnya.
Kondisi yang memerlukan flash di siang hari 
Fungsi flash di siang hari lebih banyak dipakai untuk menyeimbangkan kontras, dinamakan sebagai fill-in flash (mengisi daerah yang gelap). Gunakan flash di siang hari bila obyek yang difoto lebih gelap dari latarnya, atau obyek berada di bawah bayang-bayang pohon. Sinar dari flash akan menerangi area yang gelap sehingga bisa didapat gambar yang terang pada obyek dan latarnya.
 Fill-flash di siang hari juga bisa untuk membuat langit jadi tampak biru. Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula (dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir, karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu kilat.
Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut : 
  • set mode dial ke arah manual
  • set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)
  • atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)
  • atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
  • ambil foto dengan fill-in flash
 
Bila kamera anda ada tombol AE-lock/AF-lock, cukup manfaatkan tombol ini saja : 
  • set tombol AE-L untuk  mode exposure-lock saja (baca lagi buku manual), sedang focus-lock dilakukan dari tombol rana
  • mode dial pada kamera bebas, bisa P (program), A (Aperture) atau S (Shutter)
  • terlebih dahulu lakukan metering ke langit, lalu kunci eksposur dengan tombol AE-L
  • arahkan kamera ke obyek lalu kunci fokus ke obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
  • ambil foto dengan fill-in flash  
 
Gunakan mode slow sync supaya latar tidak gelap
Pada kondisi gelap di malam hari, lampu kilat menjadi harapan untuk kita bisa tetap memotret. Namun karena kekuatannya yang terbatas, memotret di malam hari hanya akan memberikan penerangan di obyek yang dekat, sedang latar belakangnya akan gelap. Hal yang mengecewakan adalah saat kita ingin difoto di malam hari dengan latar lampu yang beraneka warna namun ternyata tidak tampak jelas karena gelap. Hal ini karena default setting untuk lampu kilat adalah memakai shutter 1/60 detik. Untuk mendapat foto yang lebih natural, kita perlu menurunkan speed lebih rendah dari nilai default sehingga kamera punya waktu cukup banyak untuk menangkap cahaya sekitar (bila ada) meskipun memakai lampu kilat.
Pada kebanyakan kamera digital modern kini sudah dilengkapi dengan mode slow-sync flash, yang artinya lampu kilat yang digabungkan dengan speed rendah. Yang perlu diperhatikan saat memakai mode ini diantaranya : 
  • slow sync artinya memakai shutter speed rendah (antara 1/4 detik hingga 1/30 detik), hindari getaran tangan saat memotret dengan mengaktifkan stabilizer atau gunakan tripod
  • saat memakai mode ini, mintalah si obyek untuk diam sampai flash menyala
  • carilah latar belakang yang memiliki sumber cahaya natural seperti lampu hias atau gedung yang berpendar
 
Gunakan rear sync (2nd curtain) untuk menangkap jejak dari gerakan
Hampir mirip seperti trik di atas, ada juga kamera yang menyediakan fitur flash advanced yaitu front sync dan rear sync. Sederhananya, perbedaan keduanya adalah pada kapan waktu si lampu itu menyala : 
  • Front Sync (1st curtain) adalah default lampu kilat, dia menyala sesaat setelah tombol ditekan dan shutter terbuka
  • Rear Sync (2nd curtain) adalah kondisi sebaliknya, dia menyala sesaat menjelang shutter ditutup. 
 
Perhatikan kedua perbedaan di atas, bila shutter speed yang digunakan tinggi, maka tidak ada perbedaan antara keduanya. Namun saat kita memakai speed rendah (misal 1/2 detik), maka kapan lampu menyala akan memberi perbedaan hasil, apalagi bila ada pergerakan obyek disana. Apalagi mode lanjutan ini disedikan khusus buat memberi kesan bergerak pada sebuah obyek, dengan memanfaatkan speed rendah dan lampu kilat.
 
Sedangkan Rear Sync akan menembakkan flash saat shutter akan ditutup, sehingga kamera sudah terlebih dahulu merekam jejak gerakan, barulah diakhiri dengan menembakkan lampu kilat. Hasilnya, foto unik dengan kesan gerakan yang terekam apik seperti contoh diatas.
Bouncing untuk hasil foto yang lebih alami
Teknik bouncing memerlukan lampu kilat eksternal yang ditembakkan ke atas, tentunya apabila terdapat langit-langit yang berwarna putih dan ketinggiannya cukup dekat dengan kita. Dengan memantulkan sinar flash ke langit-langit, maka jatuhnya cahaya yang menerangi obyek datang dari atas bukan dari depan. Keuntungannya, cahaya yang mengenai obyek tidak terlalu keras dan lebih merata.
Pisahkan flash dari bodi
Inilah yang disebut dengan strobist, yaitu berkreasi dengan flash yang dipisah dari bodi. Tujuannya untuk memberikan foto dengan arah datang cahaya yang berbeda dari biasanya. Untuk itu diperlukan kamera dan flash yang mendukung wireless mode. Namun bagi yang kamera atau flashnya tidak mendukung fitur tersebut jangan kecil hati karena kini banyak dijual wireless trigger dan receiver dalam paket yang terjangkau.

5 Tantangan Fotografi Untuk Kamu

0 komentar
tantangan1
Ingatkah kamu ketika masih kecil dan harus melakukan hal-hal baru seperti belajar berenang, cabut gigi yang pertama, dan sebagainya yang membuat kita panik. Hal yang sama juga berlaku dalam belajar fotografi. Tapi kadang-kadang kita butuh dorongan dan paksaan untuk melakukan sesuatu yang baru dan beda. Sekarang, anggaplah lima hal di bawah ini sebagai lima tantangan yang harus kamu coba untuk belajar hal baru dalam memotret.

Tantangan #1 : Mendekatlah Pada Objek

Kita kadang sudah terlanjur nyaman menggunakan fitur zoom pada kamera kita, padahal kadang-kadang harta fotografi yang sebenarnya ada sangat dekat dengan objek. Jadi ini yang harus kamu lakukan: tinggalkan zoom pada kameramu dan bergeraklah sedekat mugkin dengan objek yag akan kamu foto. Cobalah untuk mengisi seluruh frame dengan wajah seseorang, misalnya. Ini adalah perspektif baru yang akan membuatmu melihat pentingnya fokus dan komposisi.

Kadang-kadang serangkaian foto perlu tema yang konsisten. Saat kamu melakukan fotografi close-up, kamu pasti akan jatuh pada satu jenis tema. Yang paling umum adalah bunga dan serangga.

Tantangan #2 : Pelajari Fotografi Manual

Kalau kamu mau belajar dan mulai bereksperiman, kamu pasti bisa menguasai fotografi manual dengan cepat. Kebanyakan orang belajar lewat trial-and-error. Cobalah satu pengaturan, periksa hasilnya, lalu sesuaikan bagian mana yang perlu lebih terang atau sebagainya sampai kamu menemukan pengaturan yang paling cocok. Ada sejumlah mode pada kamera (shutter priority, aperture priority, dsb.) yang kamu bisa gunakan untuk mulai belajar fotografi manual. Kamu hanya perlu membiasakan diri.
Kalau kamu punya kamera point-and-shoot yang tidak menawarkan pengaturan manual, maka mungkin tantangan #2 ini tidak bisa kamu coba. Tapi, bukan berarti menggunakan preset dan mode auto tidak membutuhkan keahlian. Pelajari ini dan kuasai sebaik mungkin.

Tantangan #3 : Tambahkan Lebih Banyak Warna Pada Foto-fotomu

Warna bisa jadi perbedaan besar yang membedakan foto luar biasa dari yang biasa. Fotografer berpengalaman tahu bahwa fotografi bukanlah tentang menghasilkan ulang apa yang kamu lihat secara langsung, tapi tentang mengambil apa yang kamu lihat langsung dan menjadikannya sesuatu yang berseni. Untuk melakukan ini, kamu perlu membuat foto yang lebih berwarna.
Cara terbaik melakukan ini adalah dengan menggunkan mode artistik yang disediakan oleh kameramu, jika ada, atau gunakan pengaturan white balance. Tergantung pada jenis kamera yang kamu punya, mungkin ada mode vivid color atau extra vivid color yang bisa kamu gunakan untuk mendapatkan hasil yang warnanya lebih tajam. Kalau kamu tidak punya mode warna seperti itu, kamu selalu bisa menyesuaikan white balance pada kamera untuk mendapatkan lebih banyak warna pada foto. Cara paling mudah adalah menggunakan pengaturan ‘cloudy’ meskipun diluar sedang sangat cerah. Mengapa? Karena dengan menggunakan setting ini kamu akan membuat kamera berpikir bahwa ia perlu menambahkan lebih banyak warna pada objek yang difoto.
Sambil mengasah kemampuan teknik-mu, kamu juga bisa sambil mempelajari beberapa aplikasi editor foto seperti Photoshop, Pixlr, GIMP, dan sebagainya untuk menambah warna saat post-processing.

Tantangan #4 : Hindari Menempatkan Objek Di Tengah Frame

Sudah jadi kebiasaan seseorang untk menempatkan objek foto tepat di bagian tengah. Seringkali, ini malah jadi semacam senjata makan tuan. Meskipun efektif untuk membuat mata langsung tertuju pada objek, tapi tidak tampak indah untuk beberapa jenis foto. Kamu perlu coba menempatkan objek di bagian lain untuk menjadikannya lebih menarik.

Tantangan #5 : Lakukan Apa Yang Kamu Tidak Akan Pernah Lakukan

Ini mungkin tantangan yang paling sulit. Kita semua pasti pernah sampai pada suatu zona nyaman yang enggan kita tinggalkan lalu akhirnya kita tidak pernah mendorong diri sendiri untuk melakukan sesuatu dilluar zona itu. Saya, misalnya, adalah penakut yang tidak pernah berani memotret orang di jalanan. Tapi saya tahu saya ingin melakukannya, maka ini yang harus saya lakukan.
Kalau kamu hanya terbiasa memotret action, cobalah macro. Jika fotografi landscape adalah apa yang mau suka, cobalah candid. Siapa tahu, kamu mungkin bisa mempelajari satu atau dua hal yang bisa membantumu berkembang di zona nyamanmu sendiri. Cara terbaik untuk menjadi fotografer yang lebih baik adalah keluar dari zona nyamanmu. Keahlian yang kamu pelajari di tempat lain pasti akhirnya bisa kamu pindahkan ke “ruanganmu” untuk dimanfaatkan.

Memotret Sun Flare? Kenapa Tidak?

0 komentar
sun flare
Beberapa orang menganggap sun flare sebagai gangguan dalam foto dan harus dihindari. Tapi saya tidak. Saya suka sun flare, dan selalu berusaha mengejarnya dimanapun ia ada. Sinar matahari favorit saya adalah sedikit sebelum tengah hari dan tentu di sore hari mendekati golden hour (ketika hari cerah, pastinya.) Sinar di waktu-waktu ini bisa menghasilkan flare yang sempurna dan warnanya hangat.
Kalau kamu juga tidak takut untuk menangkap sun flare dan ingin mencoba memasukkannya ke dalam foto-fotomu, saya punya beberapa tips yang mungkin bisa membantu:
  1. Kalau lensamu dilengkapi lens hood, lepas dulu. Lens hood dibuat untuk melindungi lensa dari – salah satunya – sinar matahari yang terlalu kuat dan bisa menimbulkan sun flare pada foto. Jadi jelas asesori ini harus dicopot kalau kamu ingin menangkap sinar.
  2. Gunakan bukaan aperture kecil sekita f/12, ini akan membantu menghasilkan lingkaran-lingkaran cahaya warna-warni dari matahari. Kalau kamu memanfaatkan flare sebagai elemen tambahan pada portrait, misalnya, maka perhatikan apa yang kamu cari. Kalau kamu ingin ada spektrum yang tertangkap, maka gunakan bukaan aperture kecil. Tapi kalau kamu ingin portrait yang lebih lembut dengan depth of field yang dangkal, maka flare yang kamu dapat akan samar dan tersebar. Tidak akan ada spektrum di dalamnya. Kembali lagi, ini cuma soal selera fotografer (dan klien – kalau kamu memotret untuk orang lain.)
  3. Sun flare datang dari sinar matahari yang sangat terang dan menyilaukan, kondisinya sama seperti memotret di ruangan gelap bagi kameramu dimana fokus akan sulit didapat kalau kamu menggunakan autofokus. Jadi pindahkan ke manual saja. Kalau kamu menggunakan flare untuk backlighting, tidak akan sulit karena kamu hanya perlu mengatur fokus pada objek. Tapi kalau kamu memang memotret flare-nya, yang notabene adalah di langit, maka gunakan fokus infinity. Sama seperti saat kamu memotret bulan atau jejak bintang.
  4. Gunakan ISO paling rendah. Umumnya 100. Ini jelas, karena yang kita bidik sudah sangat terang. Menggunakan ISO tinggi hanya akan merusak foto dan semua akan hilang dalam cahaya. ISO rendah dalam foto yang melibatkan sun flare juga akan membantu menaikkan shadow dan kontras. Bagus untuk digunakan pada cityscape. Tapi kamu mungkin akan lebih suka highlight pada portrait yang disinari matahari kekuningan.
  5. Jangan bidik langsung mataharinya. Ini juga untuk keselamatan sensor kameramu, selain bahwa membidik matahari langsung cenderung menghasilkan burs t(bentuk bintang yang tajam) dan bukannya lingkaran-lingkaran spektrum yang artistik. Biarkan matahari hanya “mengintip” di pinggiran frame, dan lebih bagus lagi kalau kamu memotretnya di sore hari.

Spiderweb and Sun Flare
kalau kamu menggunakan bukaan aperture besar, maka flare akan jadi lebih lembut seperti dalam foto ini. tapi tetap cantik kan?
Demikian lima tips mudah dan sederhana untuk memotret sun flare dengan sukses dan bagus. Menjelang musim kemarau ini, seharusnya tidak sulit untuk mengejar matahari.
Selamat mencoba ;)

10 Inspirasi Fotografi Di Musim Kemarau

0 komentar
kemarau
Musim kemarau sudah datang. Cahaya matahari pagi dan sore tampak indah, langit biru tampak cantik, serangga-serangga bermunculan dan bersuara, orang-orang pergi berlibur. Ini adalah musim yang menyenangkan untuk lebih banyak memotret karena cuaca dan pencahayaan yang sangat mendukung. Kalau kamu masih belum punya ide apa saja yang mungkin bisa difoto di awal kemarau yang sekaligus juga adalah musim liburan ini, mari kita lihat sepuluh inspirasi berikut:

1. Action Shot

Ketika cuaca sedang bagus dan hari cerah, orang-orang – terutama anak-anak – suka beraktivitas di luar rumah. Berenang, bermain sepeda, jalan-jalan di taman dan banyak lagi. Ini berarti kamu punya banyak kesempatan untuk membuat action shot atau foto-foto quick exposure yang menghentikan gerakan. Biasanya banyak komunitas sepeda, skate board, dan semacamnya yang berlatih di sore hari dan bisa kamu manfaatkan untuk objek fotografi.

2. Sun Flare

Tentu saja. Kemarau identik dengan matahari, dan matahari akan memberi kamu cahaya yang berlimpah. Manfaatkan untuk membuat foto-foto dengan elemen sun flare yang hangat dan artistik di pagi atau sore hari ketika matahari sedang bulat, kuning, dan posisinya rendah sehingga membuat fotomu cenderung lembut dan bukannya diterangi sinar keras. Baca juga artikel tentang tips memotret sun flare di sini.

3. Cahaya Natural

Cahaya terbaik yang bisa kamu dapatkan untuk sebuah foto adalah cahaya natural yang datang dari matahari. Jadi, sama seperti poin di atas, manfaatkan berlimpahnya cahaya di musim kemarau ini untuk foto-fotomu. Tidak seperti sun flare, kamu bisa memanfaatkan cahaya matahari untuk lighting sepanjang hari untuk mendapatkan foto yang bagus kalau kamu tahu tips-nya. Baca di sini.

4. Liburan

Udara yang panas dan cuaca cerah cenderung membuat orang ingin pergi berlibur. Apalagi awal kemarau ini bertepatan dengan libur sekolah. Orang-orang pergi ke gunung untuk mencari kesejukan, atau malah ke pantai untuk menikmati matahari. Seorang fotografer bisa pergi kemana saja dan tetap mendapat foto yang bagus dari perjalanan liburannya. Tips tentang membuat foto-foto traveling yang bagus, bisa kamu baca juga di sini.

5. Langit & Awan

Saat peralihan musim dari hujan ke kemarau, kamu mungkin memperhatikan bahwa awan cenderung berarak, bergerombol di tepian langit dan membuat pola-pola yang indah. Sekarang, ketika kemarau sudah tiba, langit cenderung biru bersih atau disaputi awan lembut. Ini adalah kesempatan untuk menggunakan langit sebagai latar belakang yang indah atau memotret landscape yang jernih. Kamu bisa mencoba low angle untuk memanfaatkan langit kemarau sebagai background.

6. Food Photography

Ada beberapa jenis makanan yang lebih banyak muncul ketika udara sedang panas. Di Indonesia, itu adalah es. Berbagai jenis es. Mulai dari es campur, es teler, palu butung, atau sekedar es krim yang bisa kamu beli di warung. Memanfaatkan cahaya natural dan pilihan es ini, kamu bisa mendapatkan food photography a la kemarau yang menggiurkan.

7. Macro

Serangga dan bunga-bunga akan bermunculan dengan warna yang berbeda bila dilihat di musim kemarau. Salah satu cara terbaik dan paling disukai untuk memotret dua objek ini adalah dengan teknik macro. Kamu juga bisa coba, jangan kuatir kalau belum punya lensa macro, close-up dengan lensa zoom atau trik reversed lens bisa membantumu mendapatkan foto yang tidak kalah bagusnya dengan yang menggunakan lensa macro dedicated.

8. Jurnal

Berhubungan dengan poin tujuh di atas, kemarau adalah saat yang tepat untuk mencoba bertanam. Cobalah menanam bunga, lalu simpan jurnalnya melalui media foto dengan merekam proses pertumbuhannya setiap hari. Di akhir siklusnya, kamu akan punya serangkaian foto yang bisa kamu jadikan photo essay.

9. Gelembung Sabun

Tahukah kamu, cahaya matahari dan gelembung sabun bisa menghasilkan efek pelangi yang indah? Kalau belum, cobalah sendiri. Ini adalah musim yang tepat untuk mendapatkan warna yang bagus dari gelembung sabun. Kamu juga tidak perlu pergi jauh, cukup di halaman rumah.

10.Air

Udara panas pasti membuat kamu dekat dengan air. Kenapa tidak sekalian dimanfaatkan untuk objek fotografi juga? Quick exposure untuk mendapatkan butiran-butiran air saat water splash, atau long exposure untuk aliran air sungai dan air terjun yang lembut seperti sutra. Cobalah keduanya dengan memasangkannya dengan cahaya matahari yang bagus sepanjang musim ini.
Jadi, selamat menikmati kemarau dan memotret :)

10 Fakta Tentang Pencahayaan Yang Kamu Harus Tahu

0 komentar
10lighting
1. Semakin luas sumber cahayanya, semakin lembut hasilnya. Sebaliknya, semakin sempit sumbernya, semakin keras cahayanya. Sumber cahaya yang luas bisa mengurangi bayangan, menekan kontras, melembutkan tekstur. Sumber cahaya yang sempit melakukan kebalikannya. Ini karena, dengan sumber yang luas, garis-garis cahaya mengenai objek dari lebih banyak arah yang cenderung mengisi bayangan dan memberi lebih banyak penerangan.
Tip: Posisikan objek portrait di dekat jendela yang besar dan terang tapi tidak terkena sinar matahari langsung. Ini akan menghasilkan efek serupa softbox di studio.
2. Semakin dekat sumber cahayanya, semakin lembut hasilnya. Semakin jauh sumbernya, semakin keras cahayanya. Ini karena: sumber yang dekat menjadi lebih besar dan dengan sendirinya luas terhadap objek. Jika digerakkan lebih jauh, maka akan menjadi lebih kecil dan sempit. Bayangkan matahari, yang diameternya 109 kali diameter bumi – sangat luas! Tapi, dari jarak yang sangat jauh, porsinya menjadi sedikit sehingga memancarkan cahaya yang keras jika tepat mengenai objek.
Tip: Saat memotret orang di dalam ruangan dengan menggunakan cahaya seadanya, pindahkan lampu lebih dekat ke arah objek atau sebaliknya untuk mendapatkan pencahayaan yang mendukung.
3.Penyebaran cahaya membuat sumbernya jadi lebih luas dan lembut. Saat ada awan menutupi matahari, bayangan akan berkurang. Tambahkan kabut, dan bayangan akan hilang samasekali. Awan, mendung, dan kabut berfungsi sebagai penyebar (diffuser) – sesuatu yang membagi-bagi cahaya ke banyak arah. Saat hari mendung atau berkabut, langit akan menjadi sumber cahaya yang sangat luas dengan softbox alami.
Tip: Bahan-bahan semacam plastik tembus pandang atau kain putih bisa digunakan untuk menyebarkan sumber cahaya yang keras. Kamu bisa meletakkan sebuah diffuser de depan sebuah sumber cahaya buatan, misalnya strobe. Atau, jika kamu ada di bawah sinar matahari terik, gunakan tenda yang tipis atau penutup putih untuk melembutkan sinar yang mengenai objek.
4. Memantulkan cahaya juga bisa menyebarkannya. Arahkan sebuah sumber cahaya yang sempit ke permukaan yang luas tapi tidak berkilau – seperti dinding, langit-langit, atau reflektor – ini tidak hanya akan memantulkan cahaya tapi juga menyebarkannya ke area yang lebih luas. Tapi jika kamu menggunakan reflektor yang berkilau, maka cahayanya akan tetap sempit saat dipantulkan. Jenis reflektor yang paling ekstrem, yaitu cermin, akan menjaga cahaya tetap terfokus sempit saat terpantul.
Tip: Remaslah selembar besar aluminum foil, lalu bentangkan lagi, dan bungkuskan ke selembar papan triplek dengan bagian yang berkilau menghadap luar. Ini bisa dijadikan reflektor yang bagus yang tidak selembut permukaan lembut berwarna putih – bagus untuk menambah kilau pada foto.
5. Semakin jauh sumber cahayanya, semakin redup efeknya. Peraturan pencahayaan mengatakan bahwa jumlah cahaya berbanding setengah dengan jaraknya dari sumber. Maksudnya, jika kamu memindahkan sumber cahaya dua kali lebih jauh dari objek, maka kamu akan mendapat hanya seperempat kekuatan sinarnya. Dengan kata lain, cahaya akan meredup jika kamu menjauhkannya dari objek – sesuatu yang harus diingat jika kamu menggerakkan sumber cahaya atau objek untuk mengganti kualitas cahaya. Juga perlu diingat, bahwa memantulkan sinar – bahkan ke arah reflektor yang berkilau – berarti menambah jarak perjalanan cahaya.
Tip: Aturlah flash kamera (pop-up maupun hot-shoe) untuk fill flash jika digunakan untuk portrait di luar ruangan saat hari sedang sangat terang. Ini akan mengurangi bayangan di wajah objek tapi tidak akan mempengaruhi exposure di latar belakang.
6. Cahaya yang meredup bisa digunakan untuk membuat variasi pencahayaan antara objek dengan latar belakang. Jika kamu menempatkan sumber cahaya dekat dengan objek, cahaya yang jatuh ke latar belakang akan lebih jelas sehingga background lebih redup. Pindahkan sumbernya lebih jauh dari objek, dan latar belakangnya akan lebih terang. Hal yang sama berlaku untuk pencahayaan dari samping.
Tip: Jika objekmu diterangi dari depan lewat jendela, aturlah agar ia tetap dekat dengan jendela untuk membuat ruangan di belakangnya tampak gelap. Jika kamu ingin sedikit cahaya di bagian belakang, gerakkan objek lebih dekat ke bagian belakang dan menjauhi jendela.
7. Pencahayaan dari depan akan mengurangi tekstur; sementara cahaya dari samping, atas, atau bawah justru memperkuatnya. Seorang fotografer portrait mungkin ingin menjaga sumber cahayanya tetap dekat dengan lensa untuk mengurangi munculnya kerutan pada kulit, sementara fotografer landscape mungkin lebih suka cahaya dari samping untuk menekankan tekstur bebatuan, pasir, dan pepohonan. Intinya, semakin lebar sudut tempat cahaya diposisikan ke arah objek, semakin banyak tekstur yang tampak.
8. Bayangan akan menciptakan volume. Inilah cara fotografer menggambarkan tiga dimensi pada sebuat foto, kesan melihat sebuat gambar sebagai objek dengan bentuk dan bukan hanya sesuatu yang terproyeksi datar. Sekali lagi, pencahayaan dari samping, atas atau bawah yang menghasilkan bayangan yang lebih dalam dan panjang, memberikan kesan lebih bervolume. Still-life, produk, dan landscape biasanya menggunakan pencahayaan semacam ini.
9. Backlight bisa digunakan sebagai pencahayaan dengan sebaran yang sangat tinggi. Objek yang secara total diterangi dari belakang akan menghasilkan siluet murni tanpa cahaya sedikitpun dari bagian depan. Orang yang punggungnya menghadap jendela yang terang akan mendapat cahaya yang terpantul dari dinding di bagian seberang untuk menerangi wajahnya. Seseorang yang berdiri di luar dengan punggung menghadap matahari akan mendapat sinar dari langit yang terbuka di hadapannya. Pada kondisi manapun, kamu perlu menaikkan exposure untuk bisa merekam cahaya yang mengenai objek – dan cahaya ini akan mengurangi tekstur di bagian wajah juga mengurangi volume.
10. Cahaya juga punya warna, meskipun kelihatannya hanya “putih”. Ini disebut temperatur warna, dan komputer di mata/otak kita sangat pandai menyesuaikan persepsi sehingga kita hampir tidak melihat perbedaannya. Tapi sensor kamera bisa merekam warna yang mungkin terlewat oleh mata kita. Warna matahari pagi dan sore lebih hangat, tapi lebih kebiruan jika ada di tempat teduh pada siang hari. Bola lampu tungsten menghasilkan cahaya yang sangat kuning. Dengan kamera digital, kamu bisa menggunakan kontrol white-balance untuk mengatur warna cahaya sesuai keinginan – misalnya, untuk menambah warna hangat pada landscape atau portrait. Jika kamu menggunakan film dan kamera analog, kamu harus memilih jenis film yang cocok sebagai pengganti pengaturan white balance tadi atau menggunakan filter lensa.

Tips teknik dan cara foto siluet di sunset yang keren

0 komentar
World's Favorite Sport
Foto dari Rama V. – http://www.flickr.com/photos/vramak/

Tips Teknik dan cara foto siluet pada saat sunset

Bagaimanakah cara menangkap foto seperti di atas? Ada beberapa teknik dan tips yang bisa anda coba untuk merekam gambar sebuah foto siluet (silhouette) pada saat sore hari di mana matahari akan tenggelam (sunset).

Perhatikan postur shape dan bentuk dari objek yang difoto

Postur dari objek yang difoto sangatlah penting dalam sebuah foto siluet. Karena yang akan kita tonjolkan dari foto siluet adalah bentuk dan lekukan tubuh dari sang model. Cobalah untuk memberikan arahan agar pose nya bisa menggambarkan garis tubuh dengan jelas. Bentuk dari siluet tersebut juga harus bisa menggambarkan apa yang sedang dilakukan oleh sang model. Seperti contoh di atas, sangatlah jelas bahwa objek sedang melakukan tendangan di udara ke sebuah bola.

Jangan ada siluet yang bertabrakan

Dalam mendapatkan siluet yang sempurna, anda harus memperhatikan siluet2 lain yang dihasilkan oleh background/latar dan foreground yang ada di sekeliling sang objek. Anda harus berusaha agar semuanya itu tidak saling berbentur. Jika beberapa objek saling bertabrakan atau overlap, maka siluet nya akan gagal, karena bentuk nya yang kurang maksimal. Contoh di bawah menunjukkan siluet 2 orang yang bertabrakan dengan garis horizon yang juga dalam bayangan. Akhirnya garis tubuh mereka kurang jelas.
Tips & Teknik foto siluet sunset
Sang fotografer telah menyadari kesalahannya dan dari situasi yang sama dia dapat mengambil gambar siluet yang lebih bagus. Dengan cara mengambil angle yang lebih rendah,dia dapat menghilangkan background2 yang mengganggu untuk mendapatkan siluet di sunset yang lebih maksimal.
Tips Teknik foto siluet sunset
Satu contoh lagi di mana sang fotografer menempatkan objek tepat tanpa meng-overlap dengan siluet foreground ataupun background yang mengganggu. Malahan, dijadikan ‘framing‘ yang sangat bagus.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-4

Perhatikan Exposure

Untuk mendapatkan siluet yang sempurna, tentunya kita harus mencapai exposure yang sempurna. Mode yang paling bagus untuk kita gunakan pada situasi ‘backlit’ seperti ini adalah di posisi M atau manual. Pada posisi Auto, biasanya kamera akan rentan salah dalam memutuskan exposure yang tepat dikarenakan oleh cahaya yang amat terang dari matahari dan juga bayangan gelap dari objek. Untuk memahami cara menggunakan manual mode di kamera anda, silahkan menyimak artikel manual mode ini. Jika anda tidak mempunyai banyak waktu untuk mengukur pencahayaan melalui mode manual, anda bisa menggunakan teknik pengukuran auto seperti artikel ini.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-29
Tips_Teknik_Foto_Sunset-34

Ber-eksperimen-lah dengan lensa yang berbeda

Dengan menggunakan lensa2 yang berbeda, kita akan bisa menciptakan karya foto yang berbeda dan unik satu sama lainnya. Foto berikut telah dibidik dengan menggunakan lensa 70-200mm di 200mm. Dengan menggunakan lensa tele, dan mengambil gambar dari jarak yang cukup jauh, sekitar 30 meter dari objek, perspektif akan berbeda dengan mata manusia biasa, jadi matahari di belakang objek akan terlihat lebih besar. Jika ingin mendapatkan efek matahari yang lebih besar lagi, maka gunakanlah lensa super tele + teleconverter yang sering para fotografer wildlife atau fotografer bola gunakan.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-3
Foto berikut menggunakan lensa 16-35 di 35mm. Di sini, fotografer nya ingin mengambil sebuah gambar yang simple. Dengan menyembunyikan matahari di belakang objek, maka yang tersisa hanyalah siluet dari pasangan dan gradasi dari langit yang begitu indah.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-5

Diafragma dramatis

Satu lagi teknik yang bisa kita manfaatkan untuk menambah kreatifitas kita untuk meng-capture sebuah foto sunset. Dengan menggunakan diafragma yang sempit, yaitu f16-f22, maka kita akan dapat mencapai efek yang biasa disebut “star burst effect”. Untuk menghasilkan ini, matahari atau sumber cahaya baiknya tidak terselubungi oleh awan. Berhati2-lah agar tidak langsung melihat ke matahari walaupun melalui kamera dalam waktu yang panjang karena itu dapat merusak mata.
Tips: gunakanlah “live view” mode di kamera anda untuk melihat, mengatur komposisi dan mendapatkan fokus untuk foto seperti ini, agar mata anda terlindungi.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-36

Oldig yang menarik

Untuk melipat-ganda-kan estetika dari sebuah foto, olah digital sangat berperan penting. Teknik fotografi untuk mendapatkan exposure atau pengcahayaan yang sempurna tetaplah penting, namun sedikit sentuhan di photoshop akan sangat membantu membuat sebuah foto terlihat lebih indah. Di foto berikut, fotografer telah mengangkat saturasi dan contrast dari gambar, agar langitnya terlihat lebih keren dan dramatis lagi.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-30
Tips_Teknik_Foto_Sunset-13
Jika kita mengambil gambar dalam format RAW, kita bisa bermain dengan “white balance” foto tersebut di software seperti Adobe Lightroom ataupun Photoshop. Dengan demikian, kita bisa memanipulasi warna dari langit dan sunset tersebut. Gambar berikut adalah contoh di mana sang fotografer telah menerapkan white balance yang agak “cool” atau kebiru-biruan, agar kesan romantis nya lebih terasa. Dan juga sangat membantu menjadikan menara yang berwarna merah itu menjadi pusat dari foto tersebut.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-6

Gunakan Extra BackLit!

Anda pasti heran, apa gunanya menambah lighting extra dalam sebuah foto siluet di sunset? Nah, lihatlah contoh2 berikut. Cahaya yang terlihat di wajah model wanita ini sebenarnya bukan dari matahari sendiri, melainkan dari sebuah flash yang telah diletakkan di belakangnya. Warna orange nya itu dicapai dengan menggunakan gel berwarna dan dipakaikan di flash. Dengan menggunakan wireless trigger untuk menyalakan flash, maka jadilah foto ini. Cahaya matahari pada saat sunset sangatlah “hard” atau keras, dan hasil foto akan mendapatkan siluet atau bayangan yang hitam pekat tanpa detail sedikitpun. Dengan menambahkan sedikit flash dari samping belakang, maka kita akan mengisi bayangan tersebut dan kita akan dapat merekam wajah dan emosi dari model tersebut. Cahaya flash ini terlihat natural karena kita telah meniru cahaya orange dari matahari, dan jika dilihat secara sekilas, akan tampil bahwa cahaya yang jatuh di wajah model itu adalah dari matahari.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-1
Tips_Teknik_Foto_Sunset-2
Tips_Teknik_Foto_Sunset-20

Pakailah objek2 yang menarik di sekitar untuk menambah estetika

Foto sebuah sunset akan sangat didukung dengan objek2, barang dan lokasi yang unik. Cobalah melihat sekitar daerah shooting, apakah ada objek yang menarik dan berbentuk unik yang dapat ditonjolkan dengan cara dijadikan siluet.
Contoh2 berikut ini menggunakan objek2 di daerah sekitarnya untuk menambah keindahan dari sunset itu sendiri.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-28
Tips_Teknik_Foto_Sunset-25
Tips_Teknik_Foto_Sunset-16
Tips_Teknik_Foto_Sunset-15
Tips_Teknik_Foto_Sunset-10

Tetap kreatif dalam pose dan komposisi

Biasanya, foto siluet itu membosankan karena teknik fotografi ini termasuk gampang untuk dicapai. Namun, kreatifitas tetap bisa dikembangkan dengan lebih fokus pada pose model yang dibidik, dan juga komposisi dari gambar tersebut.
Dengan ber-eksperimen dengan pose yang berbeda, dan juga komposisi dan angle yang jarang dipakai, maka foto siluet akan menjadi lebih unik.
Tips_Teknik_Foto_Sunset-19
Tips_Teknik_Foto_Sunset-14
Tips_Teknik_Foto_Sunset-22
Tips_Teknik_Foto_Sunset-21
Apakah anda punya tips, teknik  cara foto siluet pada sunset yang bisa anda bagi? Apakah punya pertanyaan? Ketik komentar anda di bawah ini =)